ADA SANTRI SAKTI (Cerpen)


Kumandang adzan terdengar cukup keras. Para santri bergegas menuju kolah untuk mengambil air wudhu. Kolah itu semacam bak besar ukuran 10x2 yang berada di tengah-tengah pesantren. Airnya tidak jernih, malah berwarna kecoklatan. Maklum air itu berasal dari sungai yang tidak jauh dari lokasi pesantren. Selesai berwudhu, para santri mulai berdatangan ke masjid untuk menunaikan shalat ashar. Tak lama kemudian, Pak Kyai Syarif datang untuk mengimami shalat berjama’ah. Di dalam jama’ah shalat itu, ada seorang santri bernama Ibnu Ubaidillah. Dia adalah seorang santri senior yang telah didaulat sebagai ustadz di pondok pesantren tersebut. Saat itu, dia telah menjadi salah satu kepala asrama yang memimpin ratusan santri.

Selesai shalat, sang Kyai menyampaikan pengajian kitab kuning kepada para santrinya. Kyai lulusan al-Azhar Mesir itu mengkaji sebuah kitab berjudul Sulam al-Taufiq. Ia duduk di tengah ratusan santri yang mengelilinginya. Di depannya ada sebuah meja kecil. Dalam pengajian itu, Kyai tersebut menyampaikan keprihatinannya melihat para santri yang lebih senang mempelajari ilmu kesaktian dibandingkan dengan mengkaji ilmu-ilmu agama.

“Para santri, ilmu agama itu lebih penting dipelajari daripada ilmu-ilmu lainnya. Bukan malah pada belajar ilmu kesaktian. Itu ndak pernah diajarkan sama kanjeng Nabi saw. Kalau para santri belajar ilmu kesaktian, yo wis ndak usah nyantri di sini, nyantri aja sama dukun.” Kata Kyai Syarif agak emosi.

Ibnu Ubaidillah tidak terlalu memperhatikan ceramah kyainya itu. Maklum Kyai Syarif tergolong kyai muda di pesantren itu. Umurnya tidak jauh beda dengannya. Dia malah asyik melakukan wirid-wiridan aneh untuk semakin mengasah kesaktiannya. Sebentar lagi, dia akan memiliki ilmu kekebalan yang dia dapat dari seorang kyai yang lain. Kata kyai itu, jika kamu ingin mendapat ilmu kebal, puasalah 40 hari berturut-turut dan melakukan wirid tengah malam di tengah kuburan keramat. Saat ini, dia telah menjalani 30 hari puasa, artinya targetnya tinggal 10 hari lagi.

Tauhid, teman satu kamar dengan Ibnu merasa khawatir dengan temannya itu. Dia melihat tubuh Ibnu kurus kering gara-gara melakukan ritual puasa aneh-aneh. Di pagi hari, alih-alih seharusnya banyak membaca al-Qur’an, Ibnu justru lebih rajin melakukan wirid bacaan-bacaan yang tidak lazim.

“Ibnu, awakmu lagi amal-amalan apa sih. Kamu kok kayak wong edan.” Tanya Tauhid penasaran.
“Sembarangan kamu, aku ini lagi cari ilmu kebal. Bentar lagi aku akan seperti Gatot Kaca. Otot kawat tulang besi.” Jawab Ibnu sekenanya.
“Edaaan kamu, Ibnu. Edaaan. Kamu apa ndak dengar ceramah Kyai Syarif kemarin. Belajar ilmu agama itu lebih penting dari belajar ilmu kesaktian. Sesaaaat itu Ibnu, sesaaat!” Ucap Tauhid dengan suara meninggi.
“Eh, ngomong apa kamu?!

“Dulu, Kanjeng Nabi dan para sahabatnya ndak pernah menggunakan ilmu kesaktian. Bahkan dalam kondisi perang sekalipun. Banyak dari mereka yang berguguran di medan jihad. Ada yang putus tangannya dihempas pedang, ada yang mati terkena panah, dan ada juga yang tertusuk tombak. Mereka semua ndak pakai ilmu-ilmu kebal seperti yang kamu lakukan. Kenapa?! Karena itu perbuatan sesaaat, Ibnu!” Terang Tauhid masih emosi.

“Kamu gak usah nasehatin saya! Saya ini santri senior di sini. Atau kamu mau menguji ilmu kesaktian saya, haah?! Tantang Ibnu.
“Aku ndak mau adu kekuatan sama kamu. Aku cuma mau kamu kembali ke jalan yang lurus, Ibnu. Jangan sampai kamu jadi manusia sesat.”
“Kamu mau macam-macam sama saya. ” Tantang Ibnu menghampiri Tauhid.

Dia memamerkan ilmu kesaktiannya. Dia ambil kayu lalu dipukul-pukul ke badannya sendiri. Dia juga mengambil pisau, lalu dia menusukkannya tepat di dadanya. Namun tak ada luka sedikitpun.

“Ayo, maju kamu Tauhid. Kalau berani ke sini. Kuhabisi kau sekalian. Hahaha.” Ucap Ibnu penuh kesombongan.

Para santri lain yang menyaksikan perselisihan itu segera melerai mereka. Tauhid pun terpaksa menghindar karena memang tidak mau ribut dengan Ibnu. Yang lainnya pun hanya menonton. Sebagian lagi kagum dengan ilmu kesaktian yang dimiliki Ibnu.

***

Hari sudah malam. Ibnu masih duduk bersila di atas tikar. Di hadapannya ada sebuah makam kramat yang kerap dia kunjungi. Seperti biasa, dia melakukan wirid-wirid aneh untuk mendapat kesaktian dan berkah dari sang penghuni kubur. Sampai lewat tengah malam, Ibnu masih saja belum beranjak, dia menggeleng-gelengkan kepalanya semakin keras. Nampaknya dia semakin khusyu’ dalam wiridnya itu.

Jarum jam menunjukkan pukul dua malam. Ibnu akhirnya memutuskan untuk pulang ke pesantrennya. Dilihatnya semua santri telah tertidur pulas. Dia pun segera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Namun tiba-tiba, Ibnu meraung-raung seperti kerasukan syetan. Dia berteriak lalu meronta-ronta.

“Geeerrrr… geeeerrr.” Suaranya terdengar seperti binatang.

Ibnu pun berteriak dan meracau macam orang gila. Mendengar keributan itu, para santri pun satu per satu terbangun, termasuk Tauhid. Mereka segera melakukan tindakan untuk mengamankan Ibnu.

“Ayo, tahan tangan Ibnu. Ikat dia… Dia kerasukan syetan…!” Kata seorang santri sambil menahan erat tangan Ibnu.
“Geeerrr… geeerrr.” Ibnu masih mengaum.

“Hey, kamu, minta bantuan Kyai Syarif. Sampaikan ke beliau, ada santri yang kerasukan.” Tauhid menyuruh seorang santri.
“Baiklah.”

Beberapa saat kemudian, Kyai Syarif datang. Ia segera merukyah Ibnu dengan bacaan-bacaan dari al-Qur’an. Ibnu masih meraung-raung dan memberontak. Dia meracau seperti orang gila saja. Setelah meruqyah cukup lama, akhirnya Ibnu mulai melemah lalu tak sadarkan diri. Keadaan mulai hening, Kyai Syarif menyampaikan nasehatnya kepada para santri yang lain.

“Ini akibat mempelajari ilmu sihir. Syetan-syetan sudah merasuk ke tubuhnya. Para santri, kalian jangan sampai ikut-ikutan seperti Ibnu.”
“Inggiih, Pak Kyai.” Jawab para santri serentak.

***

Esok harinya, Ibnu nampak linglung. Dia berjalan tak tentu arah. Dia juga berbicara sendiri layaknya orang gila. Semua santri menggeleng-gelengkan kepalanya karena kasihan. Tauhid pun ikut prihatin.

Selesai

(By Epul)

<photo id="1" />

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS