IBADAH QURBAN; MEWARISI KETAATAN NABI IBRAHIM AS


Hari Raya ‘Idul Adha 1433 H akan segera tiba. Hari itu membuat kita mengenang perjuangan Nabi Ibrahim AS. Beliau mengalami berbagai ujian keimanan yang sangat berat. Beliau tak gentar menghadapi Raja arogan bernama Namrud dan pengikutnya yang mengabdi kepada selain Allah SWT. Beliau diancam oleh penguasa itu akan dibakar hidup-hidup. Sampai kayu-kayu bakar telah bertumpuk dan mengitari beliau, lalu bara api itu telah dinyalakan, keimanannya tak goyah sedikit pun. Gejolak api yang membara itu tidak dapat membakar kulit sang kekasih Allah itu. Sebaliknya, api itu ditundukkan oleh Allah SWT menjadi dingin tak terasa panas sedikit pun.


Ujian berat selanjutnya adalah ketika beliau diperintahkan Allah SWT untuk mengorbankan anak kesayangannya sendiri, yaitu Nabi Ismail AS. Karena kadar keimanan yang teguh dan begitu kuat, beliau ikhlaskan anaknya itu. Rasa cintaNya kepada Allah SWT melebihi apapun, bahkan melebihi kasih sayang kepada anak kandungnya sendiri. Kisah indah ini diabadikan oleh Allah SWT dalam Ash-Shaffaat ayat 100-109 berikut ini:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". 103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). 104. dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. 107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. 108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, 109. (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".”

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim di atas begitu dahsyat dan mengharukan. Bagaimana tidak, yang beliau korbankan bukanlah harta, tapi nyawa dirinya sendiri dan nyawa anaknya tercinta. Maka hendaknya umat Islam dapat memetik hikmah dan mengikuti jejak tauladan yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim AS tersebut.

Di antara cara untuk meneladani beliau adalah menyembelih hewan qurban, yakni menyembelih unta, sapi, kerbau, atau pun kambing sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Sebenarnya apa yang kita korbankan belum seberapa jika dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sebagaimana dikisahkan di atas. Beliau bukan mengorbankan binatang, tapi beliau mengorbankan anak kesayangannya sendiri, Meskipun pada akhirnya Allah SWT menggantinya dengan seekor domba besar.

Pengorbanan yang kita lakukan lebih ringan, kita hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk memotong hewan qurban, itu pun dengan catatan bagi mereka yang mampu secara materi.  Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW, "Barang siapa memiliki kelapangan rizki (keuangan), lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia datang ke tempat shalat kami," (HR.Ahmad).

Dalam istilah fiqh, hewan qurban biasa disebut dengan nama al-udh-hiyah yang bentuk jamaknya al-adhaahi. Udh-hiyah adalah hewan ternak yang disembelih pada hari raya Idul ‘Adha dan hari Tasyrik dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. (Lihat Al Wajiz, 405 dan Shahih Fiqh Sunnah II/366)

Allah telah mensyariatkan qurban dalam firman-Nya:
Sesungguhnya, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sungguh, orang-orang yang membencimu adalah orang-orang yang terputus. (QS. Al-Kautsar : 1-3)
Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya)…(QS. Al-Hajj : 36)

Keutamaan Ibadah Qurban
Ibadah Qurban mempunyai sejumlah keutamaan yang luar biasa. Pertama, pengampunan dari Allah. Rasulullah SAW telah bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa−dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah : Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Rabb alam semesta. (HR. Abu Daud dan At−Tirmizi) 

Kedua, adalah meraih keridhaan Allah. Hal ini merupakan buah dari ketaatan kita pada Allah dengan melaksanakan ibadah kurban, maka Allah pun ridha kepada kita. Allah SWT berfirman: “Daging−daging unta dan darahnya itu sekali−kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya” (QS. Al Hajj: 37)

Ketiga, ibadah qurban merupakan amalan yang paling dicintai Allah pada hari Raya Idul Adha. “Sebaik-baik amal bani Adam bagi Allah di hari Idul Adha adalah menyembelih Qurban. Di hari kiamat hewan-hewan qurban tersebut menyertai bani Adam dengan tanduk-tanduknya, tulang-tulang dan bulunya, darah hewan tersebut diterima oleh Allah sebelum menetes ke bumi dan akan membersihkan mereka yang melakukannya.” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah).

Keempat, hewan qurban sebagai saksi di hari kiamat. “Sesungguhnya hewan qurban itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan qurban telah terletak disuatu tempat disisi Allah sebelum mengalir ditanah. Karena itu, bahagiakan dirimu dengannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)

Kelima, mendapatkan pahala yang berlimpah. Pahala yang amat besar itu diumpamakan seperti banyaknya bulu dari binatang yang disembelih, ini merupakan penggambaran tentang betapa besarnya pahala itu, hal ini dinyatakan dalam sebuah hadits dari  Zaid ibn Arqam, ia berkata berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah)

Keenam, qurban adalah wujud kepedulian kita pada sesama. Hewan qurban yang disembelih akan dikonsumsi oleh saudara-saudara kita yang lain. Mungkin kita sudah sering mengonsumsi daging, bahkan sudah menjadi menu harian kita. Tapi bagi mereka belum tentu, terutama kalangan ekonomi lemah. Sangat mungkin mereka jarang memakan daging. Dengan kita memberikan hewan qurban maka sama saja kita berbagi kebahagiaan untuk mereka.

Mudah-mudahan Allah SWT menggerakkan hati kita semua untuk mengorbankan hewan qurban di hari raya ‘Idul Adha tahun ini. Sehingga kita pun mendapatkan pengampunan dan keridhaan Allah, pahala yang berlimpah serta hewan-hewan qurban itu akan menjadi saksi bagi kita di akherat kelak. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin. Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ibnu Sururi Asy-Syirbuny)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS