MEREKA YANG BERGERILYA DI MALAM HARI


Dari Abu Hamzah Ats-Tsimali, ia berkata, “Salah satu kebiasaan Ali bin Husain adalah memikul sekantong roti di malam hari, lalu ia mensedekahkannya, ia berkata, “Sesungguhnya, sedekah secara diam-diam dapat memadamkan kemarahan Allah.”


Banyak orang yang baru mengetahui kebaikan Ali bin Husain ini setelah ia meninggal dunia. Hal ini pernah disampaikan oleh Muhammad bin Ishaq, ia berkata, “Dahulu, penduduk Madinah hidup dan tidak tahu dari mana mereka mendapatkan jatah penghidupan. Ketika Ali bin Husain meninggal dunia mereka kehilangan apa yang biasanya mereka terima di malam hari.

Hal senada juga juga pernah dituturkan oleh Amru bin Tsabit, ia berkata, “ Ketika Ali bin Husain meninggal dunia, orang-orang memandikannya dan melihat ada bekas kehitam-hitaman di punggungnya. Mereka bertanya-tanya, bekas apakah ini? Maka, ada sebagian yang menjawab, “itu bekas dia memikul kantong gandum yang ia pikul di malam hari untuk diberikan kepada orang-orang fakir Madinah.” (Lihat Abu Hudzaifah Ath-Thalibi, Tips Begadang Syar’i, 2010)

Subhanallah, Ali bin Husain bergerilya di malam hari untuk memberi sedekah secara sembunyi-sembunyi. Tidak ada seorang pun mengetahui amalnya sampai ia meninggal dunia. Hal itu semata-mata dilakukan untuk memelihara keikhlasan di hadapan Allah SWT.

Selain itu, ada Imam Ahmad bin Hanbal yang sungguh luar biasa. Hari-harinya tidak lepas dari membaca Al-Qur’an dan shalat. Mari kita simak penuturan putranya, Abdullah, ia bertutur, “Setiap hari ayahku mampu membaca Al-Qur’an sebanyak 7 juz dan mengkhatamkan Al-Qur’an selama 7 hari. Beliau senantiasa mengkhatamkan Al-Qur’an selama tujuh malam, selain yang beliau baca pada shalat-shalat di siang hari. Sesekali, beliau shalat di pertengahan malam, lalu tidur sebentar, kemudian melanjutkan shalat hingga waktu subuh. Beliau isi malam tersebut dengan shalat dan berdoa.”

Seorang imam shaleh lainnya adalah Imam Abu Hanifah. Yazid bin Al-Kumait berkata, “Abu Hanifah amat takut kepada Allah. Suatu malam, Ali bin Husain, seorang mu’adzain, membaca surat Al-Zalzalah, sedangkan Abu Hanifah shalat malam di belakangnya hingga waktu subuh. Ia terus berdo’a, “Wahai Dzat yang membalas kebaikan dengan kebaikan, meski hanya sebesar dzarrah. Wahai Dzat yang membalas keburukan, meski hanya sebesar dzarrah, jauhkanlah hambaMu ini, Nu’man, dari api neraka dan keburukan yang dapat mendekatkannya kepada neraka. Masukanlah ia dalam rahmatMu yang amat luas.

Sungguh mencengangkan jika kita membaca kisah-kisah orang shaleh terdahulu. Mereka adalah para gerilyawan Allah di malam hari untuk menuai pahala dan meraih ridhaNya. Contoh terakhir adalah Imam Syafi’i yang membagi malamnya menjadi tiga bagian; pertama untuk menulis, kedua untuk shalat malam, dan ketiga untuk tidur. Mudah-mudahan kita semua dapat meneladani kebaikan-kebaikan mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS