TAHUN BARU MASEHI DAN DEKADENSI MORAL BANGSA


Beberapa hari lagi, kita akan meninggalkan tahun 2011, lalu memasuki tahun baru 2012 masehi. Fenomena perpindahan tahun ini menjadi momen spesial bagi sebagian besar orang. Dari belahan bumi bagian barat sampai bagian timur, dari utara sampai selatan. Semuanya merayakan detik-detik datangnya tahun baru masehi. Tiupan terompet terdengar di mana-mana, petasan dan kembang api berhamburan menghiasi  langit, pesta musik bergemuruh di berbagai tempat. Acara televisi pun semarak dengan nuansa tahun baru. Semua orang berhura-hura dan bergembira ria sepuasnya.

Namun ada fenomena menyedihkan di tengah semaraknya tahun baru itu. Meriahnya tahun baru berbanding lurus dengan meriahnya kemaksiatan di mana-mana. Ada yang berpesta dengan minuman keras, mengonsumsi obat-abatan terlarang, hingga melakukan pergaulan bebas di malam itu. Hal ini adalah sebuah keprihatinan
bagi masyarakat Indonesia sebagai negeri mayoritas Muslim. Sungguh bisa menjadi cermin buruk bagi negeri Muslim lainnya. Apalagi akhir-akhir ini kerusakan moral bangsa ini sudah sangat mengkhawatirkan.

Berdasarkan data Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia, prevalensi penyalahgunaan narkoba mengalami kenaikan sejak tahun 2009. Pada tahun tersebut, prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 1,99 persen atau setara dengan 3,6 juta orang. Angka tersebut naik menjadi 2,21 persen pada 2010. Datan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan, korban penyalahgunaan narkoba sebagian besar adalah lulusan SLTA. Lembaga itu juga memperkirakan prevalensi (angka kejadian) penyalahgunaan narkoba di Indonesia akan mencapai 2,8 persen atau setara dengan 5,1 juta orang di tahun 2015. (www.vivanews.com)

Bahkan jajaran Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri pada 25 Oktober 2011 silam menangkap pengirim dan penerima paket daun ganja asal Aceh seberat 50 kilogram senilai Rp 125 juta. Daun ganja yang dikemas dalam dua peti kayu dan menggunakan jasa pengiriman atau ekspedisi itu diduga dipasok dari Aceh untuk malam Tahun Baru 2012 di Jakarta dan beberapa tempat lainnya. (www.tribunnews.com)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa 51 % remaja di Jabodetabek melakukan hubungan intim – pranikah. Adapun di Medan 52 persen, dan Surabaya 54 persen. Sementara data yang disampaikan oleh Komnas Perlindungan Anak (KPA), tercatat 62,7 persen siswi SMP sudah tidak gadis lagi. Sungguh sangat menyedihkan.

Data-data di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengalami kerusakan moral yang luar biasa. Maka dari itu, adanya perayaan malam tahun baru akan semakin menambah daftar panjang kasus kerusakan moral di negeri ini. Sangat mungkin terjadi banyak pasangan muda rela melepaskan kehormatannya hanya demi merayakan fenomena tahun baru masehi. Hal ini mesti menjadi perhatian kita bersama, baik bagi orang tua, guru, ulama, pemerintah, dan lainnya.

Sekilas Sejarah Lahirnya Tahun Baru Masehi
Ada baiknya kita mengetahui bagaimana sebenarnya sejarah lahirnya tahun baru masehi. Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada  1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. (http://id.wikipedia.org)

Januarius (januari) dipilih sebagai bulan pertama karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi bernama “Janus”, yaitu dewa yang bermuka dua. Satu muka menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus konon adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada masa puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan consul diadakan, karena semua aktifitas umumnya libur dan semua senat dapat berkumpul untuk memilih konsul. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru.

Penjelasan di atas sangat jelas membuktikan bahwa tahun baru masehi berasal dari tradisi Barat. Tentu sangat aneh jika kaum Muslim yang memiliki tradisi Islam ikut membaur dalam perayaan itu. Padahal Nabi Muhammad saw telah mewanti-wanti kepada umatnya agar tidak mengikuti tradisi agama lain. Beliau bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian selangkah-demi selangkah, hingga kalian masuk lubang biawak sekalipun kalian akan ikut memasukinya". Para sahabat bertanya: "Maksudnya Yahudi dan Nasrani ?". " Lalu siapa lagi " jawab Rasulullah. (HR Muslim).

Imam Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, “Yang dimaksud dengansyibr (sejengkal) dan dziiro’ (hasta) serta lubang dhob, adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum Muslim sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum Muslim mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau (Nabi saw) ini adalah suatu mukjizat bagi beliau, karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.” (Imam Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16/220)

Dalam hadits lain disebutkan, "Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan kaum itu". (HR Ahmad dan Abu Daud). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hadits ini –yang paling ringan- menuntut pengharaman tasyabbuh (menyerupai) mereka, walaupun dzahirnya mengkafirkan orang yang menyerupai mereka seperti dalam firman Allah Ta’ala, “Siapa di antara kamu yang berloyal kepada mereka, maka sungguh ia bagian dari mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).”

Dalam ayat lain disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (QS. Al-Baqarah: 51)

Jika tradisi dari Barat itu baik dan konstruktif tidak masalah, seperti mengikuti kemajuan teknologi mereka, namun yang diikuti adalah jelas-jelas hal-hal yang menimbulkan kerusakan moral, terutama bagi generasi muda. Dalam malam tahun baru itu, mereka berpesta-pora, berikhtilat (bercampur baur) antara laki-laki dan perempuan, menenggak minuman keras, mengkonsumsi narkoba, melakukan kemubadziran dengan menyalakan petasan dan kembang api, dan masih banyak hal-hal dekstruktif lainnya. Hal-hal tersebut di atas sangat jelas bertolak belakang dengan apa yang diajarkan Islam.

Untuk itu, umat Islam hendaknya lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi hal-hal yang berasal dari tradisi asing. Apakah hal itu membawa kemanfaatan atau malah membuat kerusakan. Jika membawa kemaslahatan bisa kita ambil, namun jika membawa kerusakan tentu harus dibuang sejauh-jauhnya. Cukuplah Islam sebagai kebanggaan kita. Wallahu a’lam bis shawab.

Saefurrohman

Komentar

  1. sepakat! umat islam harus cerdas dan bijak dalam menyikapi hal-hal yang berasal dari tradisi asing. tidak semua yang datang dari barat itu buruk, dan tidak pula semua yang dari arab itu baik, dst. jika membawa kemaslahatan, why not? yang penting, jangan sampai karena kebencian terhadap suatu kaum membuat kita berlaku tidak adil (qs. al-maidah: 8)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS