5 Cara Nabi dalam Mengayomi Generasi Muda


Pemuda di zaman ini banyak dikeluhkan oleh generasi tua. Berbagai streotip negatif dialamatkan kepada mereka. Misalnya pemalas, berakhlak buruk, bikin gaduh, dan lainnya.

Namun pertanyaannya, sudahkah para orangtua menyapa mereka? Sudahkah generasi orangtua mendidik dan mengayomi mereka dengan serius dan berkelanjutan? Jika tidak, maka di situlah letak permasalahannya.

Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam telah memberi teladan kepada kita semua dalam mengayomi generasi muda. Begini caranya.

Pertama, dekatkan pemuda dengan Al-Qur'an. Para pemuda seperti Mush'ab bin Umair, Bilal bin Rabah, Ali bin Abi Thalib, dan lainnya mendapat cahaya hidayah lantaran Al-Qur'an. Dengan dekat bersama Alqur'an, para pemuda tumbuh menjadi pribadi hebat yang mampu mengubah peradaban dunia saat itu. Karena Allah Ta'ala akan meninggikan derajat suatu kaum lantaran Al-Qur'an.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhaanahu wata’ala mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al-Qur’an ini dan merendahkann yang lain dengannya pula.” (H.R. Muslim)

Kedua, memberikan kepercayaan. Nabi memberi kepercayaan kepada pemuda bukan dalam tugas-tugas kecil, melainkan tugas-tugas berat. Mush'ab bin Umair diberi kepercayaan sebagai duta Islam pertama ke Madinah. Usamah bin Zaid mendapat mandat panglima dalam peperangan melawan imperium Romawi.

Jika generasi tua ingin pemuda sukses di masa mendatang, maka mau tidak mau pemuda harus diberikan kepercayaan dan tanggungjawab dari sekarang. Jika generasi tua masih setengah hati dalam memberi kepercayaan maka akan lahir generasi muda yang lemah.

Ketiga, memiliki sifat empati terhadap apa yang dialami pemuda. Pada suatu kali Usamah tersandung pintu sehingga keningnya luka dan berdarah. Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka Usamah, tetapi tidak mampu melakukannya. Karena itu, beliau berdiri mendapatkan Usamah, lalu beliau isap darah yang keluar dari lukanya dan ludahkan. Sesudah itu, beliau bujuk Usamah dengan kata-kata manis yang menyenangkan hingga hatinya merasa tenteram kembali.

Sifat empati adalah ikut merasakan penderitaan orang lain. Dalam konteks interaksi dengan pemuda, generasi tua sebaiknya turun mengayomi pemuda. Masalah apa yang mereka alami. Tawarkan jalan keluarnya. Dengan demikian, akan terjalin hubungan emosional yang erat antara generasi tua dan generasi muda.

Keempat, memberikan apresiasi/pujian. Generasi tua jangan sungkan-sungkan memberi pujian atas kinerja pemuda. Sebab pujian diperlukan untuk melejitkan motivasi mereka ke arah lebih baik. Nabi tak segan memuji Mush'ab bin Umair yang telah memilih jalan Islam dibanding gemerlap duniawi. Nabi bersabda, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."

Nabi pun pernah memuji Usamah bin Zaid dengan bersabda:

Wahai sekalian manusia, saya mendengar pembicaraan mengenai pengangkatan Usamah, demi Allah, seandainya kalian menyangsikan kepemimpinannya, berarti kalian menyangsikan juga kepemimpinan ayahnya, Zaid bin Haritsah. Demi Allah, Zaid sangat pantas memegang kepemimpinan, begitu juga dengan putranya, Usamah. Kalau ayahnya sangat saya kasihi, maka putranya pun demikian. Mereka adalah orang yang baik. Hendaklah kalian memandang baik mereka berdua. Mereka juga adalah sebaik-baik manusia di antara kalian.”

Kelima, gunakan pendekatan diskusi. Sebab generasi muda bukan anak-anak lagi. Nalar mereka sudah berkembang. Mereka selalu memerlukan penjelasan yang logis tentang segala sesuatu. Penjelasan logis itu perlu proses dialog untuk memperoleh feedback satu sama lain.

Sebagaimana kisah dialog Nabi bersama seorang pemuda yang berniat ingin berzina. Dalam peristiwa tersebut, diceritakan bahwa Nabi tidak memarahi atau pun membentak perangainya, namun Sang Nabi memilih  jalan diskusi. Beliau memberi pencerahan sebagai berikut:

“Apakah kau mau ibumu berzina?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah. Aku tidak ingin ibuku berbuat zina. Aku akan menyerahkan diriku padamu wahai Rasulullah.”

“Demikian pula halnya setiap manusia pasti tidak menyukai hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, jelas Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada pemuda itu.

Cerita di atas cukup panjang. Kemudian singkatnya, Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda itu seraya mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya."

Demikian cara Nabi shallallahu'alaihi wasallam dalam memback-up generasi muda. Pemuda bukan dijauhi karena dianggap mengganggu, namun pemuda adalah aset umat yang mesti dijaga dan diayomi untuk meneruskan misi & visi kita di masa mendatang.

Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.
==========
Saeful R
Jakarta, 14-11-2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS