Penelitian Ilmiah Seputar Sakaratul Maut



Sejumlah peneliti, baik di Barat maupun di Timur, telah melakukan penelitian kontroversial. Yakni tentang fenomena sakaratul maut yang dialami manusia. Sejumlah jurnal dan penelitian medis terus diupayakan untuk mengungkap ada apa di balik fenomena sakaratul maut.

Ilmuwan di Southampton University selama empat tahun telah melakukan kajian terhadap sekitar 2.000 pasien yang mengalami serangan jantung di 15 rumah sakit di Inggris, Amerika dan Austria.


Hasilnya, para ilmuwan menyatakan bahwa 40 persen pasien yang selamat mengatakan telah mengalami semacam ‘kesadaran’ selama mereka dinyatakan meninggal, sebelum akhirnya jantung mereka berhasil berdetak kembali.

Salah seorang pasien bahkan ingat ketika dia meninggalkan tubuhnya selama kurang lebih tiga menit. Saat ‘meninggal’ itu, pasien dari Southampton ini bisa melihat tubuhnya, staf rumah sakit dan mendengar suara dari alat-alat yang digunakan untuk memeriksanya.

Peneliti lain Berthold Ackermann, seorang ilmuwan dari Jerman berhasil mengungkapkan pengalaman proses menjelang kematian tersebut adalah nyata, dan menjadi bukti adanya akhirat dan sebagai bentuk dualism antara tubuh dan pikiran. Ackermann dengan tim psikolog yang dipimpinnya dari Technische Universtät di Berlin membuktikan melalui eksperimen secara klinis, adanya bentuk-bentuk kehidupan setelah kematian.

Pembuktian tersebut berdasarkan kesimpulan dari penelitan tipe baru tentang pengalaman mendekati kematian yang diawasi secara medis. Secara klinis, pasien “dimatikan” selama hampir 20 menit sebelum dihidupkan kembali di dalam penelitian yang menggunakan metode mutakhir tersebut.

Selama proses sakratul maut, mati dan hidup kembali, tim memonitor dan menyusun testimony dari para pasien. Meskipun bervariasi, pasien memiliki ingatan yang hampir serupa satu sama lain, ketika mereka berada dalam tiga keadaan tersebut.

Para pasien menyatakan bahwa mereka terpisah dari tubuhnya, kemudian ada perasaan melayang dan tenang, nyaman dan penuh kehangatan. Mereka juga merasa terputus dari dunia nyata dan melihat cahaya yang sangat terang.

Penelitian terakhir diungkap oleh Komaruddin, seorang petugas kerohaniawan di Rumah Sakit Islam Jakarta. Beliau melakukan survei/ riset yang hasilnya sebagai berikut.

Dari 1.000 orang yang sedang mengalami sakaratul maut hanya 7 % saja yang mampu mengucapkan kalimat _lailahaillah_, selebihnya tidak mampu atau hanya 70 orang dari 1000 orang yang mampu mengucapkan _lailahaillah_.

Kemudian Komarudin bertanya kepada pihak keluarga yang 70 orang meninggal itu. Apa saja kegiatan sehari-hari almarhum/almarhumah ini. Ternyata jawaban dari pihak keluarga semua rata-rata sama, yaitu:

1. Almarhum/almarhumah ini selalu menjaga sholatnya.
2. Selalu membaca Al- Qur’an.
3. Istiqomah dalam bersedekah, meskipun hanya Rp 5000 perhari
4. Tidak memakan harta dengan cara yang batil.
5. Tidak memutus tali silahturahmi dengan siapapun.

Kesimpulan survei ternyata perkara mengucapkan kalimat _lailahaillah_ di saat Sakaratul maut bukanlah perkara yang mudah, sangat sedikit orang yang mampu melakukannya.

Mudah-mudahan hasil penelitian yang telah diungkap oleh para peneliti dapat diambil hikmahnya. Sehingga memicu kita semua agar sadar sejak dini, selagi ruh masih dikandung badan. Semoga lidah kita diberi kekuatan agar mampu berucap _lailahaillah_. Aamiin.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud).

Wallahu'alam.
Semoga bermanfaat.

========
Saeful R.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS