AVENTURA (Bagian 2)

Arif dijebloskan ke dalam penjara karena tuduhan kasus narkoba. Dia difitnah, dunia kriminal Brazil memang kejam. Sudah dianiaya, barang-barangnya dirampok, dijebloskan dalam penjara pula. Sementara penjara di Brazil begitu panas, padat dan mengerikan. Penjara itu bernama Carandiru Prison. Baru saja dia masuk, semua penghuni penjara berteriak bersahut-sahutan sambil memukul-mukul besi pintu sel pernjara. Arif dilanda ketakutan luar biasa. Dia terus berjalan menyusuri lorong-lorong sel penjara. Dilihatnya para narapidana di Brazil posturnya besar-besar, kekar, dan berotot. Di sekujur tubuh mereka hampir dihiasi dengan tato-tato yang menyeramkan.

“Hey, pendatang baru, kemarilah. Kita bersenang-senang, hahaha.” Salah seorang berteriak mengolok-olok Arif.

“Orang mana kau, kok beda dengan kami. Nikmatilah hidupmu di penjara Brazil. Hahaha.”

Semua penghuni penjara tertawa. Sepertinya mereka akan mendapatkan santapan baru. Arif namanya. Dia mungkin akan menjadi bulan-bulanan bagi mereka. Arif tak habis pikir jalan hidupnya bisa tersesat di penjara Brazil. Di mana Leo, dialah biang kerok semua ini. Dia yang membuat Arif menderita seperti ini. Kalau saja nanti bertemu, pasti Arif akan menghabisi Leo.

Arif ditempatkan di komplek sel khusus terdakwa narkoba. Kebetulan dia berada satu sel bersama bandar-bandar kakap narkoba. Ada Sergio, dia sangat menguasai bisnis ganja di Brazil, Antonio, sang pemilik pabrik ekstasi di Rio De Jenairo, dan Ricardo, bandar jaringan narkotika di Sao Paulo. Begitu Arif masuk, ketiga orang tersebut diam sambil memandang aneh sosok Arif.  Mungkin mereka baru pertama kali melihat wajah yang asing seperti Arif, selain itu postur tubuh Arif juga terbilang kecil jika dibandingkan dengan orang-orang Brazil. Arif pun terdiam cemas sambil melayangkan senyum kecut kepada mereka.
“Hey, kamu siapa,” Tanya Antonio.

“Sa.. ya... Aaarif.” Jawab Arif gugup.

“Dari mana asal kamu?”

“Saya dari Indonesia.”

“Apa kasus kamu, jauh-jauh dari Indonesia ke Brazil?” Tanya Sergio.

“Saya dituduh menjual ekstasi, padahal tidak.”

Mereka bertiga serentak tertawa mendengar kepolosan Arif.

“Hahaha, Brazil memang kejam bung, siapa saja bisa jadi korban.” Tutur Ricardo.

“Masuklah, kamu teman kami sekarang.” Ucap Sergio.

Arif pun merasa lega.

***

Suatu ketika Arif sedang mengantri untuk mengambil jatah makan siang. Sebagai penghuni baru, dia juga harus mengambilkan jatah makan untuk ketiga rekan satu selnya. Dus, dia membawa tiga piring dalam dua tangan. Saat dia sedang berjalan, tiba-tiba ada seorang narapidana yang usil terhadap Arif. Dia pura-pura menabrak Arif sehingga piring-piring yang berisi makanan itu jatuh berantakan.

“Hey, kamu menumpahkan makanan saya!” Arif seketika marah.

Kemudian orang tersebut mendekati Arif lalu mencekik leher Arif dan mengancam.

“Kamu orang Asia jangan banyak tingkah di sini, bisa tamat riwayatmu. Kamu ingin mati, heh!”

Arif hanya bisa terdiam. Dia sebenarnya mau melawan, namun dia pikir percuma saja, dia bisa mati konyol nanti. Dia pun kembali ke kamar selnya dengan tangan hampa. Ricardo menanyakan dimana jatah makan siangnya. Lalu Arif pun menceritakan kronologis sebenarnya. Lalu dia bersama dua temannya segera mendatangi sang pelaku yang menabrak Arif. Ricardo yang mempelopori menghajar orang tersebut. Lalu diikuti oleh Antonio dan Sergio. Sang pelaku akhirnya babak belur, menyerah dan minta maaf karena tidak mengetahui bahwa makanan yang dibawa orang Indonesia itu adalah milik mereka.

***

Malam itu Arif tak bisa tidur. Dia sangat terganggu dengan suara-suara ribut dari para penghuni sel yang lain. Sungguh hidup di penjara sangat menjemukan baginya. Tiga temannya yang lain telah tertidur. Arif mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat. Tak sengaja Sergio terbangun sejenak lalu melihat Arif yang sedang melakukan gerakan-gerakan aneh.

“Hey, apa yang kau lakukan,” Tanya Sergio.

“Saya sedang sembahyang, Sergio,” jawab Arif.

“Sembahyang macam apa itu, kau bersujud kepada tembok?”

“Saya bukan bersujud pada tembok, saya bersujud pada Tuhanku.” Terang Arif.

“Hmm, ritual yang aneh.” Gumam Sergio lalu kembali tidur.

Keadaan kembali sunyi, pikiran Arif melayang jauh ke tanah kelahirannya di Indonesia. Dia teringat dengan keluarganya, mungkin mereka sangat khawatir dengan kondisi dirinya sekarang yang tak jelas kabar beritanya. Namun Arif tak bisa banyak berbuat, sel-sel jeruji besi membuatnya tersandera di negeri yang dikenal dengan hutan amazonnya itu. Sebenarnya dia adalah seorang petualang sejati. Sesengsara apapun petualangannya, dia akan sanggup bertahan. Dia pernah berpetualang ke ujung utara Eropa yakni Rusia sampai ujung selatan Afrika yaitu Afrika Selatan. Bahkan dia pernah pergi haji secara tidak resmi, istilah kerennya ‘haji backpacker”. Dia berhaji dengan menggelandang. Tidur diemperan pinggir jalan. Tapi Arif tak menyangka jika petualangannya kali ini berakhir di penjara, jelas ini mimpi buruk bagi Arif.

Saat Arif sedang dalam lamunan, tiba-tiba terdengar suara alarm yang sangat keras. Keadaan penjara menjadi gaduh. Ini tandanya penjara dalam keadaan darurat. Ketiga rekannya pun terbangun. Menurut Sergio, biasanya dalam kondisi seperti ini ada sejumlah napi yang melarikan diri keluar dari penjara. Para penghuni penjara pun berteriak bersahutan. Tak lama kemudian pintu-pintu sel penjara terbuka secara otomatis, semua penghuninya pun keluar berhamburan. Arif diajak Antonio, Sergio dan Ricardo untuk segera kabur dari tempat jahanam ini.

“Ayo, kawan, kamu ikuti kami. Kita akan segera bebas dari neraka ini.” Ajak Antonio.

Mereka berempat melewati lorong-lorong bawah tanah yang gelap gulita bersama sejumlah narapidana lain. Arif hanya bisa mengikuti rekan-rekannya itu. Sampai akhirnya mereka bisa keluar dari lorong-lorong itu dan bisa menghirup alam bebas. Di sana ternyata sudah menunggu sebuah mobil truk besar untuk membawa para narapidana yang kabur. Saat hendak memasuki mobil, tiba-tiba terdengar tembakan suara senjata mesin dari arah atas. Semuanya lari merunduk dan menghindar. Tapi naas, Sergio terkena tembakan di bagian kaki kirinya. Dia terjatuh dan berteriak histeris. Untungnya Antonio dan Ricardo sigap langsung memapah Sergio ke arah mobil. Sementara berondongan senapan mesin masih mengincar mereka. Mobil truk itu pun segera melaju kencang, semakin lama semakin jauh meninggalkan penjara laknat itu.

***

Insya Allah masih nyambung..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS