THE DESTROYERS OF TAWHEED; FENOMENA KESYIRIKAN; TEMPO DULU DAN KINI

Ibarat tsunami yang meluluh-lantahkan semua yang ada di muka bumi. Seperti luapan panas erupsi gunung Merapi yang membumi-hanguskan alam di sekitarnya. Bak virus ganas yang memusnahkan semua sel-sel tubuh manusia. Itulah syirik, ia dapat mengundang murka Allah SWT, menanggung beban dosa terbesar, menggugurkan seluruh amal kebaikan, dan disiksa dalam neraka yang dahsyat nan abadi. Sungguh mengerikan dampak negatif dari perbuatan syirik.

Tempo dulu, kesyirikan identik dengan penyembahan berhala seperti yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh. Seribu tahun lamanya Nabi Nuh AS mengajak umatnya untuk mengesakan Allah SWT, namun penyimpangan itu tak juga kunjung hilang. Sebaliknya justru mendapat perlawanan keras dari kaumnya, termasuk anaknya sendiri bernama Kan’an. Lalu Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT untuk memusnahkan kaum yang ingkar itu. Datanglah bencana banjir besar yang menghancurkan semuanya, bahkan orang-orang yang berlindung di atas gunung sekalipun tenggelam dan musnah.
Setelah masa Nabi Nuh AS berlalu, fenomena kesyirikan kembali muncul di tengah umat manusia yang dipelopori oleh kaum ‘Ad. Allah SWT mengutus Nabi Hud AS untuk meluruskan kesesatan mereka. Tapi yang terjadi adalah penolakan dan permusuhan, Allah SWT pun kembali menimpakan azab bagi orang-orang musyrik itu dengan mengirimkan angin puyuh selama tujuh malam delapan hari yang menerbangkan segalanya.

Kaum Tsamud juga menduakan Allah SWT, meski telah dikirim seorang Nabi bernama Shaleh AS yang menyeru pada ketauhidan. Namun mereka menantang utusan Allah itu dengan berkata: “Hai Shalih, datangkanlah apa yang engkau janjikan kepada kami jika engkau benar-benar utusan Allah”. (QS. Al A’raaf : 77) Maka Allah membiarkan mereka bersenang-senang di rumah-rumah mereka selama tiga hari.  Lalu, Allah menghantam mereka dengan sambaran petir yang dahsyat dan meluluh-lantahkan rumah-rumah mereka.

Kesyirikan kembali bersemi pada masa Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ibrahim pun berusaha untuk membimbing kaumnya untuk kembali menyembah kepada Allah Yang Satu. Tapi mereka menolaknya.  Dalam hal ini Allah berfirman : Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya " azar" apakah kamu menjadikan berhala berhala  sebagai tuhan tuhan. sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. (al-an'am : 74) Nabi Ibrahim AS pun memilih untuk mencari tempat lain di luar tanah kelahirannya yaitu  di Ur Kildan di Irak selatan,  untuk menyebarkan Tauhid di tempat baru yaitu  Mekah.

Selanjutnya pada masa Nabi Musa AS ada seorang raja arogan bernama Fir’aun yang mengklaim dirinya Tuhan. Dengan kekuasaannya, ia memerintahkan penduduknya untuk menuhankan dirinya. Siapa pun yang tidak taat perintahnya akan dibunuh. Bencana pun diturunkan Allah dengan cara menyapu penguasa laknat itu beserta pengikutnya dengan gelombang laut dahsyat yang langsung menenggelamkan mereka, ketika tengah mengejar Nabi Musa AS dan kaumnya.

Ketika zaman Nabi Sulaiman AS, ada kaum yang menyembah matahari. Yaitu kaumnya ratu negeri Saba' yang bernama Ratu Balqis. Nabi Sulaiman mengajaknya untuk masuk Islam. Dan akhirnya ratu tersebut masuk islam. Allah berkata  dengan merekam perkataan burung Hudhud: Artinya : aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaithan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” (an-Naml : 24).

Kemusyrikan juga menimpa bangsa yang sangat dikenal dengan penyimpangannya. Padahal bangsa itu terbilang paling banyak diutus para Nabi dan Rasul. Bangsa itu adalah Bani Israil. Pada masa Nabi Musa AS dan Harun AS, mereka menyembah patung anak sapi. Setelah Nabi Isa AS wafat, Bani Israil terpecah menjadi dua golongan, yakni Yahudi dan Nashrani. Yahudi menyembah Uzair sebagai anak Tuhan, sedangkan Nashrani menuhankan Nabi Isa AS sebagai anak Tuhan.

Fenomena kemusyrikan juga terjadi pada bangsa-bangsa lain, bangsa Persia menyembah api, bangsa India menyembah patung sapi, bangsa Mesir menyembah Dewa matahari, bangsa Yunani dan Romawi menyembah dewa dewi, demikian pula keadaan bangsa-bangsa lain. Hampir semuanya tenggelam dalam lembah kemusyrikan.

Pada periode Nabi Muhammad SAW, kesyirikan tak kalah hebat dengan masa-masa sebelumnya. Dalam suatu riwayat disebutkan ada sekitar 360 ka’bah di sekeliling ka’bah yang disembah oleh kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW pun tiada henti menyeru kaumnya kepada ajaran Tauhid, meski perlawanan, tekanan, dan penindasan kerap kali dialaminya. Kurang lebih dua puluh tahun lamanya sang Nabi berda’wah, akhirnya fenomena kesyirikan itu sedikit demi sedikit menghilang, lalu digantikan kembali dengan ketauhidan kepada Allah SWT.

Fenomena Syirik Modern

Di abad modern ini, fenomena kesyirikan lebih bervariasi. Ia tidak hanya melulu soal penyembahan secara fisik, tapi berkembang ke bentuk-bentuk lainnya. Ada kesyirikan yang disebabkan oleh ideologi-ideologi impor produk Barat, seperti komunisme/atheisme, pluralisme agama, sekularisme dan humanisme sekular, ada kesyirikan karena paham sesat, seperti ajaran Ahmadiyah, Lia Eden, Al-Qiyadah, Surga Adn dan lainnya, ada pula kesyirikan dalam ramalan horoskop dan Fengshui, dan penayangan film-film horor yang merusak keimanan, serta ada juga yang lainnya lagi. Hal di atas adalah fenomena kesyirikan modern yang terjadi akhir-akhir ini.

Komunisme/atheisme, sudah umum diketahui bahwa ideologi tersebut adalah anti Tuhan. Komunisme diperkenalkan oleh Karl Marx, seorang Yahudi Jerman lewat thesisnya bersama Friedrich Engels yang berjudul "Manifest der Kommunistischen" (Manifesto Komunis). Di dalam thesisnya itu, dia menulis bahwa agama adalah candu. Dari petuah tokohnya ini jelas bahwa komunisme/atheisme adalah ideologi anti agama dan Tuhan yang berakhir pada kesyirikan.

Pluralisme agama yang mempromosikan ideologi semua agama sama dan benar. Salah satu komentar seorang ekstrimis liberal-pluralis dari Indonesia bernama Sumanto Al-Qurtuby. Ia menulis dalam bukunya “Lubang Hitam Agama”,

“Jika kelak di akhirat, pertanyaan di atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya tersenyum simpul. Sambil menunjukkan surga-Nya yang Mahaluas, di sana ternyata telah menunggu banyak orang, antara lain: Jesus, Muhammad, Sahabat Umar, Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda Teresa, Udin, Baharudin Lopa, dan Munir.”[1]

Opini di atas sangat jelas sekaligus patut disyukuri karena penulis tersebut tidak abu-abu dalam mempromosikan ideologinya. Karena komentar di atas adalah wujud asli dari ideologi pluralisme agama yang mengatakan semua agama adalah sama-sama benar. Apapun agamanya, semuanya bisa masuk surga. Inilah yang dinamakan syirik modern, tak ada bedanya iman dan kufur, Muslim dan kafir. Padahal Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad SAW untuk mengajak manusia kepada jalan Islam.

Ideologi Sekularisme merupakan sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan sosial masyarakat, budaya, pendidikan, hukum, negara dan lainnya. Hukum Tuhan tidak diperkenankan ikut campur dalam urusan manusia dalam hal apapun. Dengan kata lain, Sekularisme berarti penyingkiran agama dari ruang publik dan mengirimkannya hanya terbatas pada ruang prbadi. Padahal Allah SWT adalah sang pencipta manusia yang mengetahui betul seluk-beluk manusia.

Ada pula humanisme sekular, yakni suatu keyakinan untuk menjadikan manusia sebagai tujuan tertinggi kehidupan ini. Ia merupakan suatu paham untuk memuliakan kepentingan manusia, mengalahkan kepentingan apapun yang lain. Segala apa yang mengganggu dan merugikan kebebasan manusia, kepentingan manusia, selera manusia, harus dinomorduakan. Termasuk hak Tuhan untuk mencampuri dan mengatur urusan manusia, juga harus ditolak. Apapun yang menjerat kebebasan manusia, termasuk aturan-aturan agama, harus dipinggirkan.

Selain itu, ada pula fenomena kesyirikan di layar televisi yang menayangkan sejumlah acara film horor yang berbau mistis. Akhir-akhir ini film-film semacam itu mulai marak pula di bioskop-bioskop Indonesia. Berbagai film horor itu kebanyakan mengisahkan tentang para hantu yang menakut-nakuti dan meneror manusia, bahkan hantu-hantu itu sampai ingin membunuh. Ini jelas pembodohan sekaligus menebar kesesatan ke tengah-tengah masyarakat. Padahal setiap orang mati tidak mungkin bangkit kembali, mereka terlalu disibukkan dengan urusan besar mereka di alam kubur.

Ramalan melalui perbintangan juga masih menjadi tren di abad modern ini. Kita saksikan masih banyak di media-media semacam televisi, internet, majalah dan lainnya yang memuat seputar duna ini. Ramalan model ini juga digandrungi oleh kaum remaja dan pemuda untuk meramal masa depan mereka, terutama soal karir dan percintaan. Padahal fenomena ramalan bintang berasal dari tradisi mitologi Babilonia kuno yang menuhankan dewa-dewi mereka yang berwujud bintang-bintang.

Demikian pula ramalan ala fengshui yang mengaitkan kondisi rumah dengan nasib seseorang di masa mendatang. Sebenarnya Fengshui sebagian memiliki penjelasan ilmiah, namun kebanyakan adalah hanya sekedar kepercayaan atau tathayur dalam istilah Islam. Misalnya, bila kita percaya bahwa rezeki kita akan macet bila rumah kita menghadap ke utara dan lubang angin menghadap ke timur, tanpa ada penjelasan ilmiahnya, maka jelas ini adalah tathayur. Sebagai Muslim, perbuatan seperti ini tidak boleh dilakukan karena yang mengatur rezeki, nasib, jodoh dan maut adalah Allah SWT.

Mari kita berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar kita dijauhkan dari perbuatan menduakan Dia Yang Maha Satu. Aamiin.

(Ibnu Sururi Asy-Syirbuny)



[1] Sumanto Al Qurtuby, Lubang Hitam Agama, Rumah Kata, Yogyakarta, 2005. hal. 45, dikutip dari Adian Husaini, Pluralisme Agama; Haram, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, cet. 1, hal. 44.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mutiara dari Nusa Laut (Jejak Juang Martha Christina Tiahahu)

Apakah Yesus Anak Allah ?

FENG SHUI; ANTARA ILMIAH DAN MITOS